Perasaan takut, khususnya ketakutan akan kegagalan, sungguh
melumpuhkan. Kita menjadi sangat enggan untuk berusaha. Padahal
kegagalan yang utama bukanlah gagal mencapai tujuan, namun gagal karena
tidak mencoba.
Ketakutan memberikan alasan yang melemahkan agar kita tidak
perlu mengusahakan keberhasilan kita. Takut gagal membisiki bahwa kita
tidak akan pernah gagal kalau kita tidak repot-repot berusaha.
Tapi ini berarti kita juga tidak akan pernah meraih kesuksesan, dan bisa dikatakan sebagai kegagalan mutlak.
Statistik membuktikan; 8 dari 10 orang menyatakan lebih menyesali
tindakan yang tidak pernah dilakukan daripada tindakan yang telah
dilakukan. Oleh karena, jika kita telah berbuat sesuatu dan salah, kita
bisa belajar dari kesalahan itu.
Tidak ada tindakan gagal yang sia-sia karena kita bisa lebih tahu
bagaimana kira-kira tindakan yang benar. Namun jika kita gagal bertindak
dan sama sekali tidak mencoba berusaha, kita tidak belajar apa-apa dan
tidak bergerak kemana-mana. Padahal, untuk maju kita mesti bergerak,
melangkah ke depan.
Bayangkan jika seorang bayi menyerah ketika jatuh dan tidak mau
belajar berjalan. Dia tidak akan bisa berjalan. Namun kita bisa lihat,
seorang bayi yang sedang belajar berjalan tidak takut salah dan terus
mencoba.
Dia bisa berjalan miring-miring, mencoba maju dan terjatuh, terus
berusaha meski gagal beberapa kali, namun pada akhirnya dia akan
berhasil berjalan. Kegagalan yang sejati adalah tidak mau mencoba dari
awalnya.
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan mengapa beberapa orang
sudah menyerah sebelum maju ke medan perang/tidak berani mencoba.
Ketakutan akan kegagalan terbentuk dari keyakinan dan pola pikir yang
salah.
Pikiran yang tidak terlatih dengan benar akan menganggap setiap
kesempatan mengandung resiko. Pikiran yang lemah akan terbawa arus
ketakutan yang bisa datang dari alam bawah sadar atau dari psyche
orang-orang sekitar.
Banyak orang tanpa disadari ingin orang lain gagal seperti mereka
yang tidak meraih kesuksesan. Mereka merendahkan potensi keberhasilan
seseorang karena mereka sendiri memiliki 1001 alasan untuk gagal.
Hati-hati terhadap orang-orang di sekitar kamu!
Persepsi dan belief system/keyakinan seseorang juga bisa mempengaruhi
mental takut mencoba ini. Sebuah eksperimen dilakukan di sebuah
sekolah. Para muridnya dikelompokkan ke dalam beberapa jenis kelas:
kelas unggulan, kelas regular, dan kelas yang kurang cerdas.
Tidak ada kriteria khusus untuk seorang murid diklasifikasikan ke
dalam salah satu jenis kelas. Akan tetapi hal yang menarik diamati
adalah kelakukan pada guru dan murid-muridnya. Guru-guru yang
mempersepsikan para murid di kelas unggulan sebagai murid yang cerdas
dan persepsi itu membuat mereka saling bekerja sama untuk berprestasi.
Sementara para siswa di kelas yang kurang cerdas lebih gampang
menyerah dan pesimis. Pelajaran yang sulit akan dianggap selamanya sulit
karena keyakinan mereka bahwa mereka adalah murid-murid yang bodoh.
Pelajaran yang sama dipelajari oleh murid-murid di kelas yang cerdas
dengan mental pemenang. Mereka optimis bahwa mereka pasti akan bisa
menguasai pelajaran yang sulit tersebut dan tidak akan berhenti mencoba
sampai bisa.
Para guru pun memberikan dukungan yang kuat karena persepsi mereka
mengatakan bahwa murid-murid di kelas unggulan ini lebih potensial untuk
sukses. Hati-hati terhadap persepsi dan keyakinan kamu!
Jadi kesimpulannya: penyesalan terbesar datang dari perbuatan yang
tidak dilakukan daripada perbuatan yang telah dilakukan. Kegagalan
mutlak bukanlah melakukan upaya-upaya yang tidak berhasil melainkan
tidak berupaya sama sekali.
Dan kita harus menguatkan persepsi serta belief system/keyakinan,.
kuatkan mental kamu :)
Comments (0)
Posting Komentar